“Fashion has no religion, has no gender. It’s only piece of cloth.”
Didasari filosofi itulah yang membuat
Rani Hatta (27) berani mendobrak pakem
busana muslim yang selama ini diyakini harus tampak anggun dan feminin. Garis-garis maskulin dengan dominasi warna monokromatik memperkaya perkembangan industri busana muslim di Indonesia.
“Awalnya saya mulai mendesain untuk kebutuhan saya sendiri, karena busana muslim bergaya
unisex tidak tersedia di pasar. Tahun 2011, saya sering mengunggah ‘
Outfit of the day’ di Instagram. Ternyata, banyak yang suka dan minta dibuatkan,” kata desainer lulusan Sekolah Mode Susan Budihardjo ini.
Akhirnya, sejak tahun 2013 Rani menjual karyanya di bawah label Rani Hatta. Meski menyajikan ide yang berbeda di tengah pasar busana muslim yang cenderung monoton, karya Rani tidak pernah menuai kontroversi. “Itu karena saya tetap memegang prinsip Islam, seperti potongan dibuat longgar dan
oversized sehingga tidak memperlihatkan lekuk tubuh,” ungkapnya.
Menurut Rani, jangan pernah takut untuk mendobrak kebiasaan. Sebagai desainer, kita harus bisa menelurkan inovasi yang membuat segar industri busana muslim. Rani juga berharap rancangannya bisa dinikmati tidak hanya untuk golongan tertentu. Itu sebabnya, ia akan meluncurkan
second line brand-nya, Hattaco, dalam waktu dekat.
“Koleksi ini lebih
affordable, yang dijual pun pakaian
basic seperti
sweater, celana, celana pendek, di kisaran harga Rp200.000-an,” ujar ibu satu anak ini.
(f)
Baca Juga:
Feny Mustafa Sukses Membesarkan Label Baju Muslim Shafira Dengan Modal Awal Pinjaman Dari Ibu
Beragam Karya Itang Yunasz, Mulai dari Seragam Hingga Busana Muslim