
Foto-foto: Instagram.com/revolve
Satu hal penting bisa terjun dalam industri fashion adalah kita tidak bisa bergerak lambat. Karena, konsumen bisa mengubah preferensi mereka secepat mereka
scroll timeline Instagramnya. Hal inilah yang disadari oleh dua pendiri Revolve, Michael Mente dan Mike Karanikolas, ketika mendirikan bisnisnya pada tahun 2003 di Los Angeles.
Revolve dikenal sebagai
e-commerce yang menjual barang-barang fashion
trendy dan ditujukan untuk target market kalangan wanita milenial. Tahun ini dikabarkan, mereka sedang mempersiapkan untuk penawaran saham ke publik yang direncanakan mulai akhir tahun ini.
Apa yang membuat bisnis Revolve bisa berlari kencang?
Kedua
founders mengaku bahwa bisnis mereka tidak hanya mendasarkan pada fashion semata, tetapi juga data. Baik Mente maupun Karanikolas memang tidak memiliki dasar pengetahuan dengan fashion, tapi keduanya memiliki pengalaman dalam penggunaan analisis data. Mente pernah bekerja di salah satu
software start-up di Los Angeles, sementara Karanikolas belajar
computer engineering di Virginia Tech.
Awal berdiri, Revolve ingin menjadi situs
e-commerce yang mewadahi sebanyak mungkin
brand yang
fashionable. Hal ini memang berhasil di tahun-tahun awal berdirinya, namun ketika terjadi krisis ekonomi tahun 2008, ketika kompetitor memberikan diskon gede-gedan hingga 50 persen, Revolve pun mengubah target market dan hanya fokus untuk market wanita milenial.
Untuk itu, mereka pun mencari desainer-desainer
indie yang produknya tidak ada di
dept store terkenal seperti Barneys atau Macy’s.
Mereka juga fokus memelajari bagaimana ‘pergerakan’ konsumen yang datang ke situs mereka. Dari data itulah, Revolve bisa memberikan bocoran ke desainer, misalnya apakah konsumen saat ini lebih menyukai rok midi atau
shirt dress, warna apa yangs edang digemari dan lain sebagainya. Desainer yang mau menerima dan menggunakan data konsumen untuk diaplikasikan ke produk, ternyata memiliki penjualan yang lebih baik ketimbang yang tidak.
Soal inventori juga menjadi contoh lain dari efektifitas penggunaan data. Revolve menggunakan platform yang bisa memberikan notifikasi kepada pembeli ketika ada satu barang yang laris terjual. Sistem yang bisa menandai –yang bisa menampilkan dengan detail sebuah baju dari panjangnya hingga bentuk kancingnya – memungkinkan tim Revolve untuk mendapatkan data konsumen tentang apa yang mereka sukai.
Penggunaan data konsumen memang mereka akui berisiko untuk tidak sesuai dengan trend fashion yang sedang berlangsung, tapi nyatanya pemakaian data sejauh ini berhasil baik. Data membuat mereka bisa memprediksi apa yang akan disukai konsumen sehingga bisa menyediakan produk sesuai yang konsumen inginkan.
Kadang memang tidak semua label bisa mengakomodasi kesukaan konsumen. Untuk kasus itu, Revolve pun akhirnya memproduksi sendiri barang-barang tersebut. Saat ini mereka memiliki brand sendiri yang pembuatan barangnya dikerjakan di India dan Cina, selain di Los Angeles. Hasilnya memang tidak sia-sia, dengan mengawinkan data, konsumen dan desainer, mereka mencetak laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Ketika sosial media booming, Revolve juga sigap menggunakannya. Sejak tahun 2009, ketimbang menggunakan model profesional, mereka menggunakan banyak influencers dan fashion experts untuk menjadi model. Para influencer difoto dengan konsep yang membumi seperti sedang menikmati weekend, hangout dengan teman-teman, brunch di hari Minggu maupun sedang pergi ke konser musik. Hal-hal yang dilakukan sehari-hari oleh target market mereka.
Pemilihan influencers pun tidak melulu mereka yang memiliki banyak follower atau nama-nama terkenal, tetapi dipilih mereka yang bisa menjalin engagement yang baik meski dnegan jumlah followers yang lebih sedikit. Mereka juga memberi fleksibilitas untuk para influencers untuk menampilkan diri sebagaimana adanya agar apa yang disampaikan terlihat lebih autentik.

Menurut analis retail dari CB Insights Zoe Leavitt, pendekatan yang dilakukan Revolve dengan para
influencers sangat masa kini yang sesuai dengan generasinya. Karena dengan menjadi diri mereka sendiri, para
influencers bisa memperluas target market sebesar mungkin, hal yang tidak bisa diraih oleh Revolve sendirian.
(f)
Baca Juga:
Pentingnya Keyword Dalam E-Commerce
9 Langkah Mulai Bisnis E-Commerce