“Katakan dengan bunga,” demikian kata sebuah ungkapan. Bunga tak bisa dipisahkan dari momen khusus, seperti pernikahan, perayaan, ulang tahun, atau jamuan makan. Tak hanya itu, bunga juga bisa menjadi kado manis, wujud perhatian dan kasih sayang kepada orang terdekat atau bahkan kepada rekanan bisnis. Meski keberadaan bunga adalah kebutuhan tersier, budaya memberi bunga makin lama makin diminati.
Dari online shop hingga toko bungaBertahan selama 35 tahun di bisnis florist membuat nama
Zinnia Florist sudah amat dikenal. Kini, bisnis yang dikelola oleh generasi kedua, kakak beradik
Mona Tohari (44) dan
Renata Tohari (41), tersebut tak pernah sepi dari pesanan. Bisnis yang dirintis oleh ibunda mereka, Ana Tohari, ini berawal dari ketidaksengajaan. Ana yang hobi merangkai bunga mendalami hobinya dengan belajar ikebana hingga ke Tokyo.
“Dulu, florist belum sebanyak sekarang,” cerita Mona. Dari situlah, ibundanya kemudian diminta oleh teman-temannya untuk membuatkan rangkaian bunga. Hanya dari mulut ke mulut, pesanan yang datang makin banyak. Akhirnya, ibunda Mona pun sepenuhnya menjadi florist.
“Kami berdua belajar dari Ibu. Karena hobi, terus belajar. Tapi, kalau bukan karena menyenangi bunga, mungkin kami tak mau meneruskan usaha florist,” jelas Mona. Awalnya hanya menerima pesanan bunga kiriman, lama-kelamaan klien juga meminta bunga untuk dekorasi di rumah, tempat ibadah, resepsi di gedung, acara jamuan makan, launching produk, rumah duka, dan lainnya. “Praktis, klien datang ke kami untuk semua acara yang membutuhkan bunga,” tambah Mona, yang menangani dekorasi sejak 20 tahun terakhir ini.
Kendati zaman berubah, Zinnia Florist mengaku masih menggunakan model bisnis lama, mendapatkan klien dari mulut ke mulut. Meski tidak punya toko fisik maupun online, hebatnya, klien-klien lama mereka tak berkurang sedikit pun, bahkan terus bertambah.
“Kami tidak membuat katalog. Kami juga belum merambah online dan media sosial. Bukan apa-apa, rasanya belum ada waktu. Untuk memenuhi pesanan dari pelanggan yang sekarang saja, sudah cukup menyita kesibukan,” sahut Renata, menambahkan.
Pelanggan dari rekanan sang ibu juga masih setia memesan. Malah makin bertambah karena diturunkan kepada keluarga dan anak-anak mereka. “Mereka adalah aset penting buat kami. Sebagai florist yang punya nama besar itu tidak mudah, ada beban reputasi yang harus dijaga. Kami juga harus mempertahankan reputasi tersebut karena bisnis ini bukan dimulai dari sesuatu yang gampang,” ujar Mona.
Prinsip Mona dan Renata, selalu menemui kliennya langsung sehingga dengan interaksi itu mereka bisa mengenal karakter kliennya, termasuk selera bunga dan rangkaian yang diinginkan. “Untuk pelanggan baru yang kami belum tahu seleranya, kami kasih contoh lewat foto. Tapi, untuk pelanggan yang sudah sering, biasanya mereka sudah tahu maunya apa. Ada memang klien tertentu yang tiap pesan maunya selalu beda. Ada juga klien yang tidak berubah, standarnya kalau kirim bunga harus yang itu,” cerita Mona.
Bisnis florist yang dijalankan dengan membuka toko bunga dilakukan oleh dua bersaudara,
Jackee Soefian (26) dan
Jackie Soefian, yang membuka toko bunga bernama
Glasshouse Florist, yang berlokasi di kawasan SCBD Jakarta. Ketertarikannya pada konsep toko bunga mulai muncul sejak ia kuliah di Sydney, Australia. Gara-gara sering melewati toko bunga yang selalu dikerumuni orang, Jackee pun tertarik.
“Di Australia, tradisi memberi bunga sangat kental. Tidak cuma untuk hadiah ulang tahun atau momen spesial, orang mau minta maaf, mengucapkan terima kasih, semua pakai bunga. Jadi, toko bunga selalu ramai,” tutur wanita yang mengambil kuliah public relations, namun akhirnya tertarik mendalami bunga ini.
Jika Zinnia Florist ‘hidup’ dari pesanan dan Glasshouse Florist punya toko bunga, lain lagi dengan kakak beradik
Jessica Novia (25) dan
Peggy Novia (22) yang mendirikan Madame Florist.
Madame Florist adalah spesialis toko bunga online. Sebagai bisnis berbasis online, maka media sosial pun menjadi salah satu ujung tombak pemasarannya.
“Saya melihat bisnis online florist sekarang sudah banyak, tapi belum digarap dengan bagus. Foto display masih digarap seadanya. Makanya, kami masuk dengan konsep foto yang lebih bagus, kertas pembungkus keren, dan katalog yang menarik,” tutur Jessica, yang sebelumnya sudah coba-coba bisnis florist sejak masih di bangku kuliah manajemen.
“Untuk bisnis online ini, yang penting adalah advertising. Kami masuk ke Facebook dan Instagram. Dan, secara berkala kami juga berpromosi ke blogger sebagai buzzer bisnis kami,” ujar Jessica, menyebut, salah satu kekuatan bisnis online adalah pada desain, foto produk dan konsep yang semenarik mungkin.
Ficky Yusrini