Konsep Bisnis Peduli Lingkungan Sekitar Menjadi Nilai Plus di Masa New Normal
olehCitra Narada Putri
Foto: Shutterstock
Pandemi COVID-19 menyebabkan banyak perubahan. Salah satunya adalah pada bagaimana perilaku konsumen yang berubah karena pandemi, menjadi lebih digital, lebih mengedepankan sisi spiritual dan juga punya empati yang tinggi pada sesama.
Perubahan perilaku di era new normal ini juga turut mengubah bagaimana cara banyak orang berbisnis. Mereka tak lagi hanya mengedepankan keuntungan, tapi juga mementingkan aksi sosial bagi mereka yang membutuhkan. Maklum saja, pandemi COVID-19 membuat banyak orang kesulitan.
Kendati demikian, ternyata perubahan cara berbisnis di era new normal ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam Islam. Seperti yang disampaikan Taufik Machrus, Islamic Community Head Bank Syariah Mandiri bahwa bisnis yang mengedepankan nilai-nilai sosial sudah ada sejak zaman dahulu kala.
Taufik menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya adalah contoh terbaik. Ada empat ajaran yang dilakukannya, yaitu jujur atau berintegritas, saling berkolaborasi (sinergi dan saling membantu), peduli pada lingkungan sekitar, dan seimbang hubungan manusia dengan Tuhan.
“Peduli pada lingkungan adalah konsep bisnis yang Islami,” jelasnya di acara virtual talkshow kerjasama Femina dan Bank Syariah Mandiri bertajuk Bisnis Lebih Baik.
Pasalnya memang, berbisnis yang baik dalam perspektif Islam adalah yang mengikuti hukum fiqih muamalah, yaitu dengan rumus semua boleh kecuali yang dilarang. Adapun hal-hal dalam berbisnis yang dilarang adalah spekulasi (maisyir), penindasan (gharar) dan riba (praktek riba).
“Maka bisnis syariah sangat tepat di saat new normal seperti saat ini. Itulah bisnis yang baik dan aman, yang menjadikan kita bahagia, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat,” papar Taufik lagi.
Foto: Dok. Femina Media
Konsep bisnis yang mempedulikan lingkungan sekitar juga dilakukan oleh Anne Sri Arti, pemilik Makmur Agro Satwa Group yang memiliki sembilan lini usaha agro bisnis di seluruh penjuru Indonesia.
Dalam menggerakkan bisnisnya, Anne memberdayakan peternak dan petani untuk bisa meningkatkan pendapatan mereka agar memiliki taraf hidup yang lebih baik. Pasalnya memang, para peternak dan petani kerap kesulitan memasarkan hasil ternak dan tanamnya karena pasar yang tak pasti dan bayaran yang rendah.
“Saya akhirnya memilih untuk membantu mereka dari peternakan, pertanian, perikanan, katering hingga serat alam. Mulai dari penjualan di dalam negeri hingga bekerja sama dengan beberapa negara,” ceritanya.
Sudah bertahun-tahun menjalankan bisnisnya membantu para peternak, petani, hingga nelayan, butuh tekad yang kuat bagi Anne untuk mempertahankan misi sosialnya selain mendapatkan keuntungan dari berbisnis.
“Jiwa saya memang sudah ada di sana. Saya sudah menikmati apa yang saya jalankan dari awal. Bagaimana saya tidak menerapkan sistem gaji, tapi lebih ke berbagi hasil. Jadi semuanya memang kita formulasikan untuk berbagi hasil,” jelas Anne lagi.
Memasuki masa pandemi COVID-19, tentu menjadi tantangan bagi Anne dalam menjalankan bisnisnya. Diakuinya, beberapa lini bisnis harus mengalami penurunan besar hingga 80% selama kurang lebih dua bulan. Ini membuatnya harus memutar otak agar ia tetap bisa membantu para petani, peternak dan lain-lainnya agar bisa memiliki pendapatan di masa sulit.
Beruntung, Anne cepat melihat titik cerah untuk bisa membuat bisnisnya bertahan. Yaitu ia melihat pemerintah yang membuat program bagi-bagi sembako, yang mendorongnya untuk terlibat di dalamnya.
“Awal-awal saya mendapatkan kontrak untuk men-supply sembako kepada pemerintah, kepada komunitas-komunitas yang membuat program pembagian sembako. Untuk beras saja, jika biasanya hanya seratus ton, kita bisa supply hingga 300 ton. Ini membuat saya lebih fleksibel dalam berjualan,” ujarnya.
Di sisi lain, nilai ‘berbagi’ juga menjadi pondasi yang kuat bagi Aju Isni Karim, Tia Wigati dan Dewi Novianty dalam menjalankan bisnis busana muslim mereka bernama L.Tru. Setidaknya ada tiga landasan dasar yang dimiliki oleh L.Tru, yaitu goodness, community dan collaboration atau yang akrab disebut GOCOCO.
Tak heran jika L.Tru dalam perjalanan bisnisnya selalu menyertakan program-program sosial. Misalnya, menerapkan program Buy One Give One, yang mana setiap pembelian satu produk L.Tru jenis tertentu, maka akan memberikan busana muslim bagi mereka yang membutuhkan.
Selain itu belakangan ini, kendati dunia sedang dilanda pandemi COVID-19 dan berpengaruh juga pada bisnisnya, L.Tru tetap setia menjalankan program sosialnya. Seperti sebagian keuntungan dari penjualan busana L.Tru diperuntukkan untuk pembangunan masjid dan pesantren di Amerika Serikat melalui program TruofUs.
“Ini memang budaya perusahaan yang mengambil nilai-nilai fathonah, amanah, shiddiq, tabligh dan istiqomah. Nilai-nilai ini coba diterapkan sebaik-baiknya,” ujar Paras Nasution, Direktur Sales Marketing L.Tru. (f)