Kewirausahaan

5 Tantangan Bisnis Tas Kulit Lokal dalam Mengejar Pasar Internasional

oleh Reynette Fausto

Foto: Dok. Gammara, Raflo, Kaynn

Tangan-tangan perajin lokal yang andal siap sedia mengubah bahan baku kulit menjadi tas dengan aneka bentuk menggoda. Harganya memang cukup tinggi. Namun, jika disempurnakan dengan layanan pascajual yang berfokus pada perawatan produk jangka panjang, pembeli tidak akan ragu untuk memilikinya.

Bila dikelola dengan baik, bisnis tas kulit lokal cukup prospektif untuk berkembang pesat. Apalagi dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang turut membuka peluang untuk produk ekonomi kreatif kelak bisa bersaing di kancah global. Simak kiat bisnis dari Ikhwan Ashadi, S.E., Ak., MM.,  MAk (c), CA, Konsultan Perizinan Ekspor Impor dari PT BMG Consulting berikut ini.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, peningkatan permintaan di dalam negeri terhadap produk olahan kulit mencapai 20-30 persen tiap tahunnya. Hal ini tentu diikuti dengan penambahan pelaku usaha yang menggeluti bidang ekonomi kreatif. Pemerintah juga sangat mendukung dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada perajin dan menggelar pameran untuk mempertemukan penjual dan pembeli.

1/ Produk olahan berbahan dasar kulit juga banyak diminati pasar Eropa dan Amerika karena sifat kulit yang kuat dan tahan lama. Sayang, pelaku usaha menengah kecil belum banyak yang memahami seluk-beluk penjualan produk ke luar negeri.

2/ Kebanyakan UMKM ini juga belum berbadan hukum yang menjadi salah satu syarat ekspor. Karena itu, umumnya pelaku usaha lebih suka menjual putus ke perusahaan yang mengerti tata cara ekspor atau bertindak sebagai maklun atau pembuat produk dari pesanan di luar negeri.

Baca juga: 3/ Pelaku usaha yang tertarik melakukan ekspor barang perlu memperhatikan kualitas produk dengan memilih bahan kulit grade 1-2, memperhatikan kerapian dan kekuatan jahitan, standar warna, serta mengurus perizinan dan data administrasi penjualan yang lengkap.

4/ Untuk menjual produk berbahan kulit, pebisnis harus mendapatkan izin rekomendasi dari Dinas Pertanian atau Kehutanan dan juga Lingkungan Hidup serta izin usaha industri dari Departemen Perdagangan. Simak pengalaman Henry Martinus, pemilik bisnis tas kulit Raflo di sini.

5/ Tantangan yang dihadapi pelaku usaha pengolahan kulit ini yaitu terkait suplai bahan baku mentah dan permodalan.
Meytha, pemilik bisnis tas kulit Kaynn memulai usahanya dengan modal Rp500.000.

Kualitas kulit yang bagus biasanya sudah dijual ekspor dan yang tersisa di dalam negeri kulit dengan kualitas rendah. Untuk mengantisipasinya, pebisnis lokal akhirnya membeli kulit impor. Hal ini cukup menyulitkan pelaku usaha skala menengah kecil yang tak mampu membeli mesin yang harganya ratusan juta hingga miliaran rupiah. Tidak jarang mereka memilih menyelesaikan produksi secara manual atau dengan mesin dengan kualitas sedang yang harganya puluhan juta. Hasilnya, kapasitas dan kualitas produksi pun kurang maksimal. (f)  
 

 

Reynette Fausto
-
Share This :

Trending

Related Article