Kisah Sukses

Amanda Cole, Co-Founder Sayurbox, Berdayakan Petani Lokal dengan Platform Digital

oleh Citra Narada Putri

Foto: Dok. Sayurbox

Kesulitan para petani di berbagai daerah untuk menjual produk-produk mereka, menginspirasi Amanda Cole dan temannya untuk membuat Sayurbox. Yaitu sebuah platform penjualan digital khusus untuk bagan pangan segar, seperti sayur-sayuran, buah-buahan hingga daging-dagingan. Cita-cita Amanda satu, berharap bahwa Sayurbox bisa menjadi jembatan bagi petani lokal untuk menemukan 'pasar'-nya sendiri. 

"Initially kita ingin memulai Sayurbox itu untuk memberikan petani akses ke pasar. Karena kita lihat logistik dan distribusi langsung dari mereka ke pasar itu tidak terlalu bagus. Jadi visi kita membangun Sayurbox itu adalah memberikan akses ke petani ke konsumen langsung," ujar Amanda yang mengatakan bahwa Sayurbox pertama kali beroperasi sejak tahun 2017. 

Bisa dikatakan, Sayurbox adalah salah satu pemain awal e-commerce khusus bahan pangan di Indonesia. Menurut Amanda, tahun 2016 ketika ide Sayurbox tercetus, ia dan temannya melihat potensi yang sangat baik dengan menggunakan platform digital untuk penjualan bahan pangan segar ke masyarakat. 

"Kita melihat banyak kesempatan bagaimana digital akan sangat berkembang di masa depan," ujar Amanda dalam acara talkshow virtual dengan pembahasan Potensi Bisnis Setelah COVID-19 yang disiarkan secara Live di Facebook Page Wanita Wirausaha Femina pada Selasa, 16 Juni 2020.

Berjalan hampir empat tahun, Sayurbox terus berkembang. Jika awalnya hanya menjual sayur dan buah-buahan, kini juga terdapat daging-dagingan dan produk-produk makanan lokal lainnya. 
 


Foto: Dok. Sayurbox

 
Kendati kini nama Sayurbox sudah sangat besar, bukan berarti dalam perjalanannya mereka tak mengalami kendala atau tantangan. Di awal perjalanan bisnisnya, diakui Amanda sulit meyakinkan masyarakat untuk membeli produk pangan segar dibisnis e-commerce-nya tersebuut. 

"Saat itu kalau orang beli groceries atau bahan segar lainnya, mereka masih ragu. Ini aman nggak yah. Jadi memang saat itu susah untuk meyakinkan orang agar percaya dengan kami," curhat Amanda. 

Tantangan tak hanya datang saat pertama membesarkan bisnis, ketika kini nama Sayurbox kian melambung tinggi di tengah pandemi COVID-19, juga menghadirkan kendala tertentu. Himbauan pemerintah untuk di rumah saja membuat masyarakat lebih banyak mengakses platform digital dan online untuk berbagai alasan, salah satunya berbelanja. Hal ini membuat Sayurbox kian digandrungi masyarakat, hingga pemesanan naik berkali-kali lipat di bulan Maret saat panik pandemi terjadi. 

"Walau pemesanan sempat tinggi banget, namun tantangannya kita tidak bisa mengatasi itu karena terlalu banyak. Bahkan kita sempat tutup seminggu karena ingin memastikan layanan Sayurbox tetap baik, sehingga kita meningkatkan kemampuan agar bisa melayani pesanan yang tinggi," tutur Amanda yang mengaku senang bertani. 

Kini, Sayurbox pun sudah jadi salah satu pilihan terbaik bagi banyak masyarakat ibukota untuk mendapatkan pangan segar tanpa harus pergi ke pasar. Salah satunya juga dikarenakan komunikasi personal yang dibangun Sayurbox dengan pelanggan melalui konten dan promo di media sosial seperti Facebook. 

"Komunikasi di media sosial bukan soal tentang promo untuk menjual, tapi juga bisa untuk edukasi kepada audience bagaimana handling sayur dan buah ata cerita tentang para petani. Kita berusaha untuk lebih transparan tentang apa yang kita lakukan, supaya tetap relevan dengan konsumen," cerita Amanda lagi. 

Ditambahkan olehnya bahwa keadaan bisa berubah sangat cepat, dan sebagai pebisnis penting untuk bisa tangkas dalam menentukan strategi pemasaran serta cara berkomunikasi tergantung pada perubahan perilaku konsumen. (f)

Baca Juga:
Linda Anggrea, Pendiri Buttonscarves Andalkan Facebook untuk Memperluas Pasar

Jangkau Calon Pelanggan Lebih Luas, Pasang Iklan di Media Sosial

Nike Kurnia Percayakan Pemasaran Nasi Bagoes Lewat Media Sosial

 

 

Citra Narada Putri
Femina Indonesia
Share This :

Trending

Related Article