
Dok: Torajamelo
Menggerakkan ekonomi kreatif lokal, inilah cita-cita yang ingin dicapai Torajamelo, sebuah brand fashion yang fokus pada kreasi kain nusantara, khususnya tenun Toraja dan Mamasa. Berdiri sejak tahun 2008, dari awal tujuan Dinny Jusuf, sang pemilik mendirikan Torajamelo karena tergerak ingin menghentikan kemiskinan dan kekerasan pada wanita melalui kain tenun.
“Saya mendirikan Torajamelo karena saya melihat masih banyak kemiskinan dan kekerasan yang dialami para perempuan di pedesaan sehingga saya pun tergerak ingin membantu agar para perempuan di desa-desa terpencil di seluruh Indonesia dapat bangkit dan memperbaiki kehidupannya,” ungkap Dinny.
Berangkat dari tujuan mulia tersebut, Dinny memfokuskan kegiatan Torajamelo pada pengembangan komunitas penenun, khususnya penenun yang menggunakan alat tenun gedhog, sehingga mereka dapat menghasilkan uang sembari bekerja dari rumah dan tetap dapat menjaga keluarga mereka.
“Harapan saya, mereka dapat menambah penghasilan sekaligus juga menghidupkan seni dan budaya menenun di Indonesia agar tetap lestari karena saat ini sudah banyak yang ditinggalkan,” tambah wanita yang mengaku mencintai kain tenun nusantara.
Keseriusan Torajamelo dalam membina para wanita penenun di beberapa desa di Toraja selama 10 tahun terakhir ini pun membawa banyak kemajuan. Kain tenun Toraja yang kaya akan warna mulai dikenal masyarakat luar, termasuk dunia fashion internasional. Beberapa hasil karya penenun yang berada di bawah naungan Torajamelo berhasil dipamerkannya di ajang pameran internasional, berdampingan dengan koleksi dari negara Asia lain.
Dinny menceritakan bahwa butuh dedikasi dan semangat yang tinggi dari ia dan tim Torajamelo untuk membina para penenun di daerah-daerah terpencil agar bisa menghasilkan kain tenun yang memiliki ragam keunikan sesuai daerah masing-masing.
Selain itu, mereka juga harus meyakinkan para wanita penenun ini, bahwa kain yang mereka hasilkan dari tangan mereka sendiri tersebut merupakan karya yang bisa memberikan penghidupan lebih layak kepada keluarga mereka. Untuk menghormati para wanita penenun sebagai artisan dan menghargai hasil karya kain tenun mereka, Torajamelo menerapkan sistem pembelian tenun dengan harga yang pantas.
“Dengan demikian, mereka bisa yakin bahwa membuat kain tenun merupakan pekerjaan yang menjanjikan, yang dapat menjadi sumber penghasilan mereka. Dengan demikian akan banyak lagi yang generasi muda yang tertarik untuk terus berkarya dengan menenun sehingga kain tenun dapat tetap eksis dan menjadi warisan bangsa,” kata Jenny, yang memilih kain tenun Toraja karena suaminya berasal dari Toraja dan ia ingin berbuat sesuatu untuk daerah keluarga suaminya tersebut.
Dengan suksesnya kerja Torajamelo mengembangkan tenun di Toraja, sejak tahun 2013 Torajamelo juga merambah ke Mamasa, Sulawesi Barat untuk membina para perempuan penenun di sana. Tahun 2014, Torajamelo juga bekerjasama dengan PEKKA (Asosiasi Perempuan Kepala Keluarga) dan memulai pengembangan di pulau Adonara dan Lembata di Nusa Tenggara Timur.
Menurut data Torajamelo, ada sekitar 300 kelompok perajin etnis di Indonesia dapat menenun, terutama di daerah miskin dan terpencil, dimana tidak banyak peluang penghasilan. Bersama PEKKA, Torajamelo mempersiapkan para penenun agar tak hanya terampil membuat karya tenun, tapi juga mempersiapkan mereka untuk dapat menghadapi pasar dunia dengan mengenal tren mode, desain kain, dan sebagainya.
Di samping itu, lewat kolaborasi ini, mereka juga memberikan akses pembiayaan mikro dan tunjangan sosial seperti beasiswa, layanan kesehatan, dan obat. “Kami kini mengupayakan regenerasi untuk meneruskan pengetahuan menenun kepada generasi muda. Cita-cita kami adalah bisa membina sekitar 5.000 penenun di seluruh Indonesia,” jelas Dinny.
Secara keseluruhan Torajamelo telah bekerjasama dengan sekitar 1.000 wanita penenun. Dengan pelatihan yang diberikan, kini para penenun di empat daerah tersebut sudah mandiri dan stabil sebagai pemasok kain tenun. Tahun ini pun, Dinny menargetkan Torajamelo untuk lebih fokus meningkatkan sisi bisnis mereka lewat lini mode, aksesori dan produk cinderamata berkualitas tinggi. Semuanya dibuat dari kain tenun tangan asli dari semua daerah perajin binaan Torajamelo.
Untuk dapat menembus pasar, tim Torajamelo juga fokus pada desain yang modis, fungsional dan berkualitas tinggi. Dengan demikian derajat tenun akan terangkat sebagai bahan yang fashionable. Selain itu, untuk menghasilkan produk dengan standard yang tinggi semua produk yang dihasilkan pun harus pengecekan mutu yang ketat.
“Pelaku kreatif muda sangat dibutuhkan daerah-daerah terpelosok, untuk dapat mengindentifikasi warisan lokal dan berinovasi menghasilkan produk-produk yang berdaya ekonomi tinggi, sehingga secara tidak langsung dapat menggairahkan ekonomi kreatif di daerah-daerah yang ada di Indonesia sehingga dapat mandiri dan lebih maju. Kami pun ingin mendorong dan membantu pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal,” tutup Dinny. (f)
Baca Juga:
SAMBUT ASIAN GAMES 2018, TORAJAMELO PAMER TENUN KECE DI ASIAN TEXTILES EXHIBITION?
4 TIP MUDAH MEMBUAT KAIN SHIBORI SENDIRI
EKSPLORASI KAIN TENUN BADUY