Kisah Sukses

Novita Yunus, Batik Chic

oleh Wanita Wirausaha Femina

Dari tahun ke tahun, Lomba Wanita Wirausaha (Wanwir) selalu menjaring wanita pengusaha terbaik dari seluruh Indonesia. Menang atau tidak, bukan masalah. Sebab, tergabung dalam komunitas Wanwir berarti kesempatan emas untuk menimba ilmu wirausaha dan terhubung dalam jejaring usaha yang seluas-luasnya. Hal ini dibuktikan oleh alumni Wanwir yang menorehkan prestasi setelah ikut kompetisi.

Novita Yunus, Batik Chic, Finalis Wanwir 2012

Prestasi terbaru:
•    UNESCO Award of Excellence for Handicrafts 2012, untuk produknya yang terbuat dari ulap doyo, kain tenun tradisional asal Kalimantan.  

Bagi Novita, ikut kompetisi itu banyak manfaatnya. “Dengan berkompetisi, motivasi saya untuk berbisnis kian meningkat. Walaupun   tidak keluar menjadi pemenang, saya mendapat banyak manfaat, yaitu jejaring yang meluas,“ katanya. Apalagi saat ikut kompetisi itu, ia baru mulai berwirausaha, setelah sekian tahun berkarier sebagai karyawan.

Jejaring itu tidak hanya dari sesama alumni peserta kompetisi, tapi juga dari partner penyelenggara kompetisi. "Paling enak 'kan belajar langsung dari orang yang punya pengalaman berwirausaha. Kita bisa jadi lihat contoh dan solusi nyatanya seperti apa, "kata Novita.

Kesempatan tampil di berbagai media pun tak ia sia-siakan. Ia menyadari efek positifnya untuk bisnis. Lewat media, produknya kian dikenal, sehingga membuat penjualan produknya ikut meningkat secara signifikan.

“Berdasarkan survei yang kami lakukan, ternyata makin banyak yang mengetahui Batik Chic dari majalah atau koran, ” katanya. Selain itu,  Novita merasa kredibilitasnya di mata banyak pihak ikut terangkat. “Ini akan  mempermudah kita saat mengajukan dana pada bank," ujarnya. Sebab, menjadi finalis dari ratusan peserta yang masuk menandakan bahwa mereka sudah diseleksi ketat. 

Bagi pelaku wirausaha yang masih ragu untuk berlomba, ia memberi saran, “Jangan ragu dan takut. Sebab  mengikuti kompetisi adalah kesempatan kita untuk menambah jejaring,,” katanya, penuh keyakinan. Tidak ada alasan untuk tidak percaya diri atau merasa belum kompeten. Karena ikut lomba tidak ada ruginya sama sekali. "Kalau kita tidak mencoba, kita tidak pernah tahu potensi kita," kilahnya.

Keberanian dan kegesitannya melihat peluang terbukti membawa sukses. Omzet Batik Chic kini sudah meningkat empat kali lipat dari awal baru merintis.  Ia juga tengah mencari jalan untuk menembus pasar Eropa yang ketat soal kualitas. Dalam waktu dekat ia akan mengikuti pameran produk Indonesia di Italia dan Ukraina. "Untuk pasar luar negeri, dibandingkan baju atau sepatu, tas batik adalah produk Batik Chic yang paling digemari,” katanya.

Prinsip Berbisnis:
Ia selalu ingin mengangkat berbagai kerajinan Indonesia. Pertama kali memulai bisnis fashion ini, ia hanya mengangkat batik. Belakangan, ia juga berusaha mengangkat berbagai macam wastra atau kain tradisional berharga lainnya yang belum populer. “Saya pernah mengangkat batik Tuban dan ulap doyo, kain tenun Kalimantan yang terbuat dari serat daun anggrek hutan liar,“ katanya.
   
Selama ini masyarakat hanya memanfaatkan ulap doyo sebagai busana adat yang dikenakan untuk acara-acara tertentu saja. Novita kemudian mencari ide dan membimbing mereka untuk mengolahnya menjadi benda-benda yang bisa digunakan sehari-hari, seperti tas dan sandal kamar. “Saya lihat banyak sekali orang asing yang menjual kekayaan Indonesia seperti tenun ikat. Mengapa tidak kita sendiri yang melakukannya? Tentunya akan lebih membanggakan,” katanya, optimistis.

Nuri Fajriati
Foto: Dok. Femina Group


 

Tim Wanwir
Femina Indonesia
Share This :

Trending

Related Article